Battlefield 6: Antara Hype, Harapan & Luka Lama yang Belum Sembuh

3 min read

Setelah bertahun-tahun mengalami pasang surut, seri Battlefield akhirnya siap untuk kembali membuktikan diri. Battlefield 6, yang akan dirilis pada 10 Oktober 2025, tampaknya bukan sekadar sekuel biasa.

Game ini mencatat rekor baru bahkan sebelum peluncuran — 1,7 juta pre-order di Steam dan lebih dari 22 juta pemain yang ikut dalam fase beta. Angka yang luar biasa ini bahkan mengalahkan performa Battlefield 2042, yang sempat dianggap sebagai salah satu peluncuran paling mengecewakan dalam sejarah franchise.

Cek juga: Razer Perluas Jangkauan HyperPolling 4000 Hz Nirkabel ke Keyboard BlackWidow

Laporan dari The Game Business dan Ampere Analysis menunjukkan bahwa kepercayaan pemain terhadap Battlefield mulai pulih. Beta versi terbaru bahkan mencapai puncak 10,4 juta pemain aktif secara bersamaan, dua kali lipat dari rekor Battlefield 2042.
Bagi banyak penggemar, ini bukan sekadar angka — melainkan sinyal bahwa EA DICE benar-benar mendengarkan kritik keras dari komunitas mereka.

Game ini akan hadir di PS5, Xbox Series X|S, dan PC, menghadirkan kampanye single-player yang berfokus pada konflik fiktif antara NATO dan kelompok milisi swasta bernama Pax Armata. Di sisi lain, mode multiplayer kini lebih terstruktur, dengan empat kelas klasik — Assault, Engineer, Support, dan Recon — yang kembali membawa keseimbangan antara gaya bermain individual dan kerja tim, sesuatu yang selama ini dirindukan oleh fans lama.

Mode Baru, Atmosfer Lama yang Dirindukan

Salah satu fitur paling menarik adalah mode baru bernama Escalation, yang disebut-sebut sebagai evolusi dari mode Conquest legendaris. Namun kali ini, medan tempurnya lebih sempit, intensitas pertempuran lebih tinggi, dan garis depan berubah secara dinamis tergantung dari progres pemain.

Beberapa reviewer awal menyebutnya sebagai “pertempuran paling mendebarkan yang pernah dimiliki Battlefield sejak era Bad Company 2.”

Menariknya, kesuksesan Battlefield 6 datang di saat industri game sedang dilanda badai besar. EA baru saja diakuisisi oleh Saudi Arabia’s Public Investment Fund senilai 55 miliar dolar AS, langkah yang menimbulkan banyak perdebatan soal arah masa depan perusahaan tersebut. Sementara itu, Microsoft juga ikut menuai kritik setelah menaikkan harga Game Pass Ultimate hingga 50%.

Dengan kondisi industri yang semakin dikendalikan oleh korporasi raksasa dan investasi negara besar, Battlefield 6 kini berdiri di tengah persimpangan — antara menjadi simbol kebangkitan klasik shooter warfare, atau hanya produk besar lain yang dibentuk oleh kekuatan pasar dan hype semata.

Tidak diragukan lagi, Battlefield 6 tampak seperti “penebusan dosa” EA setelah kegagalan sebelumnya. Namun di balik euforia beta dan trailer yang epik, muncul pertanyaan yang lebih dalam: apakah seri ini benar-benar menemukan kembali jiwanya, atau hanya meniru kejayaan masa lalu demi menjual nostalgia?

Dengan sederet rilis besar lain seperti Call of Duty: Black Ops 6, Metal Gear Solid Delta: Snake Eater, dan The Outer Worlds 2 yang menunggu di akhir 2025, Battlefield 6 punya tantangan berat: bukan hanya memenangkan hati pemain lama, tapi juga membuktikan bahwa perang besar di dunia digital masih punya makna.

You May Also Like

More From Author

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments