Meta tampaknya mulai menarik dukungan dari aplikasi WhatsApp versi native di Windows 11, dan menggantikannya dengan sesuatu yang jauh dari ideal. Dalam pembaruan beta terbaru, WhatsApp tak lagi menggunakan platform UWP (Universal Windows Platform) yang selama ini menawarkan kinerja ringan dan responsif, melainkan beralih ke WebView2 – framework berbasis Chromium dari Microsoft Edge. Perubahan ini seolah menjadikan WhatsApp desktop kembali ke zaman “web wrapper”, dengan performa ala web.whatsapp.com.
Cek juga:Â ZOTAC RTX 5050 Twin Edge OC: GPU Entry-Level, Harga Terlalu Tinggi?
Langkah ini jelas menurunkan kualitas pengalaman pengguna. Uji coba awal dari Windows Latest menunjukkan bahwa versi beta WhatsApp yang baru ini mengonsumsi RAM hingga 30% lebih besar dibanding versi stable sebelumnya. Itu artinya, pengguna akan merasakan WhatsApp yang lebih berat, lebih lambat, dan tidak seefisien dulu—padahal inilah satu-satunya aplikasi pesan instan utama yang masih aktif di desktop tanpa emulator.
Motivasi utama Meta tampaknya bukan teknologi, tapi efisiensi biaya. Daripada mengelola dua basis kode—satu untuk web dan satu untuk desktop native—Meta memilih satu jalur termudah: buat semuanya jadi web. Ironisnya, dokumentasi Meta sendiri menyebut bahwa aplikasi native memberikan performa dan stabilitas lebih baik. Jika mereka sendiri sudah tahu hasilnya lebih buruk, mengapa tetap dilanjutkan?
Bagi pengguna desktop, langkah ini seperti déjà vu. Facebook Messenger di desktop juga mengalami nasib serupa: setengah hati, ditinggal bertahun-tahun, dan akhirnya diturunkan kualitasnya. Kini WhatsApp mengalami degradasi yang sama. Meta seolah menunjukkan bahwa pengguna PC bukan lagi prioritas, meskipun jumlahnya masih ratusan juta secara global. Dengan keputusan ini, wajar jika muncul pertanyaan: apakah Meta benar-benar peduli dengan kualitas, atau hanya sekadar menghitung angka di neraca keuangan?
