Di dunia yang sangat terhubung saat ini, gagasan untuk tidak mengecek Smartphone selama delapan jam mungkin terdengar mustahil bagi banyak orang. Namun, bagi seorang wanita di Tiongkok, ia berhasil menahan godaan terbukti sepadan dengan tantangannya, karena ia berhasil membawa pulang hadiah sebesar 10.000 yuan (sekitar 21 jutaan).
Cek juga: PlayStation 2: Sang Juara Bertahan dalam Penjualan Konsol
Sebuah perusahaan di Tiongkok menyelenggarakan “tantangan kesejahteraan publik” untuk menguji apakah para peserta dapat tidak menggunakan ponsel mereka selama delapan jam penuh.
Meskipun ini mungkin terdengar seperti tugas yang sederhana, kondisinya membuatnya jauh lebih sulit:
- Para kontestan harus berbaring telentang selama tantangan.
- Mereka tidak boleh terganggu—tidak boleh membaca buku, menonton film, mendengarkan musik, dan tentu saja tidak boleh menggunakan perangkat lain.
- Tertidur dilarang keras.
Tanda-tanda kecemasan, seperti peningkatan detak jantung, dipantau menggunakan gelang, untuk memastikan bahwa para peserta tetap tenang. Dari sepuluh peserta yang dipilih secara acak, hanya satu yang muncul sebagai pemenang: seorang wanita yang datang dengan piyamanya, yang mungkin membuat mereka semakin sulit untuk tetap terjaga.
Tantangan unik ini menyoroti masalah serius: kecanduan ponsel pintar. Penelitian tentang fenomena ini telah berkembang selama dekade terakhir, dan temuannya mengkhawatirkan. Tinjauan terhadap 82 penelitian yang melibatkan 150.000 orang memperkirakan bahwa lebih dari 25% populasi global berjuang melawan kecanduan ponsel pintar pada tingkat tertentu.
Faktor-faktor yang memicu kecanduan ini meliputi:
- Aplikasi yang dirancang untuk keterlibatan terus-menerus.
- Kesepian yang diperburuk oleh karantina wilayah.
- Maraknya pekerjaan jarak jauh dan permainan yang semakin mendalam.
Di Negara Indonesia, orang dewasa diketahui memeriksa ponsel mereka rata-rata 352 kali sehari pada tahun 2022, meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan tahun 2019.
Meskipun Smartphone merupakan alat yang sangat diperlukan untuk komunikasi, pekerjaan, dan hiburan, ponsel pintar juga menjadi sumber masalah kesehatan mental. Penggunaan yang terus-menerus dapat menyebabkan kecemasan, kualitas tidur yang buruk, dan bahkan gejala putus zat saat akses dibatasi. Namun, tidak seperti kecanduan lainnya, tidak ada kriteria diagnostik universal untuk ketergantungan ponsel pintar, sehingga lebih sulit untuk diatasi.
Tantangan Tiongkok mungkin merupakan eksperimen yang ringan, tetapi tantangan ini menggarisbawahi kesulitan untuk melepaskan diri dari teknologi dalam masyarakat yang digerakkan oleh teknologi saat ini. Bagi banyak orang, gagasan untuk hidup tanpa ponsel pintar selama delapan jam tampaknya hampir tidak terpikirkan.
Paling tidak, ini berfungsi sebagai pengingat untuk sesekali melepaskan diri, meskipun hanya sebentar, untuk mendapatkan kembali waktu bagi diri kita sendiri—dan mungkin bahkan menghadapi tantangan “bebas smartphone” mini kita sendiri. Bisakah teman-teman melakukannya?